Pria Nigeria ini bisa jadi pengoleksi istri terbanyak saat ini. Awalnya, ia menikahi istri pertamanya atas dasar cinta, karena perempuan itu tulus dan menyenangkan. Namun, toh ia belum puas dan memutuskan mengambil istri kedua. Alasannya, gadis itu penurut dan memenuhi segala keinginannya.
Juga istri ketiganya, yang selalu mengatakan ‘ya’ untuk semua kemauannya. Sementara istrinya yang keempat, sangat patuh. Alasan yang yang sama juga berlaku untuk yang kelima, keenam, ketujuh, … hingga lebih dari 100.
Sejak akhir 1980-an, menikah seakan menjadi ‘pekerjaan utama’ Bello Maasaba, seorang tokoh spiritual sebuah negara bagian di Nigeria. Setiap beberapa bulan sekali — bahkan beberapa minggu — ia menikahi seorang perempuan.
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
Total, pria 87 tahun itu telah menikahi 107 wanita, bahkan dalam masyarakat yang membolehkan poligami, ini sudah kelewatan. Ia tetap nekat, meski pemerintah Nigeria tak senang dengan tindakannya, demikian juga dengan otoritas Islam setempat.
Sembilan dari istrinya meninggal dunia, 12 lainnya memilih bercerai. Kini, Bello Maasaba hidup bersama dengan 86 istri, yang tertua berusia 64 tahun, yang termuda bahkan baru 19 tahun. Dari para istrinya, ia mendapatkan 185 anak, 133 diantaranya masih hidup. Anak bungsunya baru berusia sebulan.
Jika dikumpulkan, kerabatnya — ipar, sepupu, keponakan, jumlahnya sekitar 5.000 orang. Luar biasa banyak. Kehidupan Maasaba
Untuk mengetahui bagaimana bisa seorang pria hidup dengan begitu banyak istri, kita harus melintasi jalanan berdebu ke sebuah kota di utara Nigeria, Bida. Deru motor-motor buatan China melepaskan asap knalpot hitam pekat yang menyesakkan dada. Para perempuan berpakaian panjang duduk berlindung di bawah payung di pasar, menjual buah-buahan dan sayuran.
Di sisi kota, terdapat sebuah rumah besar bertingkat empat, punya 89 kamar, dan beranda luas yang disangga pilar berwarna keemasan — sebuah kemegahan yang mulai memudar. Di sanalah keluarga besar Maasaba tinggal.
Awalnya pasca lulus dari sekolah, ia menjalani kehidupan biasa selama 21 tahun: membuka bisnis pakaian, bekerja di pabrik gula, dan hanya punya dua istri.
Hidupnya normal, sampai suatu ketika di tahun 1970-an, ia mengaku dikunjungi ‘Malaikat Jibril’. Pasca kejadian itu, Maasaba jatuh sakit, tak bisa makan, tak bisa tidur, obat yang diberikan dokter justru membuat kondisinya makin buruk.
Ia lalu berhenti kerja dan mendedikasikan diri sebagai ulama, membantu menyembuhkan penyakit orang lain. Selain kekuatan penyembuh, Maasaba mengklaim, malaikat menyuruhnya terus mencari istri.
“Aku mendapatkan petunjuk dari Allah soal perempuan yang akan kunikahi. Jika bukan kehendak-Nya, tak mungkin aku melampaui dua istri,” kata dia, seperti dimuat Sydney Morning Herald, Jumat 13 Mei 2011.
Untuk memberi makan keluarganya, setiap hari ia mengeluarkan sekarung beras, daging dan sayuran dalam jumlah besar. Ia cukup kaya dari uang pemberian orang-orang yang meminta disembuhkan. Ia bahkan punya banyak pengikut.
Apa alasan para wanita mau dimadu puluhan wanita lainnya? Mantan istri Maasaba buka suara. Kata Aishetu Ndayako (57), awalnya ia tertarik karena mendengar kebaikan Maasaba. Saat dinikahi di usia 40-an ia adalah janda dengan beberapa orang anak.
“Tak ada masalah di antara para istri, damai. Jujur kami tak pernah bertengkar, satu kali pun,” kata dia. “Dia mencintai saya, makanan di sana juga enak. Ia menyembelih sapi beberapa kali. Setiap istrinya diberi uang yang cukup.”
Namun Ndayako memilih bercerai atas permintaan anak-anak dari suami terdahulu yang memintanya pulang. Sejak saat itu, ia tak pernah bertemu dengan Maasaba. “Saya merindukannya,” akunya.
Tiga tahun lalu, tingkah polah Maasaba diperkarakan. Otoritas Islam memerintahkan ia menceraikan 82 istrinya dan menjaga empat lainnya — sesuai dengan aturan Islam.
Namun, Maasaba menolaknya, ia diperintahkan Pengadilan Syariah untuk meninggalkan kota. Tak hanya itu, pada 15 September 2008, polisi menggerebek rumahnya, dan menahannya.
Karena Jaminannya ditolak, ia sempat hidup di balik sel selama 22 hari. Sementara para istrinya — 11 di antaranya sedang hamil — terus berdemonstrasi menuntut pembebasannya. Akhirnya Maasaba bebas atas jasa sekelompok pengacara publik.
Bulan November, sidang digelar di Pengadilan Tinggi di Kota Abuja. Para pengacaranya memanggil semua istri dan orangtua masing-masing untuk bersaksi bahwa tak ada paksaan untuk menikahi Maasaba. Baru sampai istri ke-57, hakim meminta berhenti, pengadilan akhirnya memutuskan untuk membebaskannya.
Dengan begitu banyak istri, bagaimana ia memenuhi kebutuhan seksual mereka? Maasaba hanya tersenyum. Ini pertanyaan yang diajukan semua orang.
“Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan telah memberikan saya kekuatan dan kekuatan untuk memberi mereka porsi seksual yang mereka butuhkan,” kata dia. “Jika saya tidak memuaskan mereka, mereka pasti akan pergi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar