Komando Pasukan Katak menyatakan bom di Bandara Internasional Juanda Surabaya tergolongi high explosive karena beragam
jenis bahan yang ditemukan di kawasan tersebut sangat berbahaya.
“Apalagi, ukuran berat bahan pemicu bom seperti yang ditemukan di toilet Lion Air Juanda sebesar 7 kilogram,” kata Dansatkopaska Kolonel Laut (P) Yeheskiel K di Sidoarjo, Rabu (25/5) malam.
Padahal, ungkap dia, kekuatan ledakan tiap 200 gram atau setara dengan 1 Tri Nitro Toluene/TNT dapat menghancurkan satu ruangan kantor petugas keamanan di Juanda.
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
“Yang penting bukan jenis bomnya menghasilkan daya ledak kuat, medium, atau lemah, karena kini citra Indonesia di mata masyarakat internasional sedang diuji,” ujarnya.
Namun, ia optimistis, dengan kesigapan Tim Khusus Antiteror di Bandara Internasional Juanda dan pihak yang berwenang di kawasan tersebut citra seluruh ketersediaan infrastruktur di penjuru Tanah Air tetap akan positif.
“Untuk itu, kami terus meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan di setiap titik yang rawan oleh tindakan negatif para oknum tidak bertanggung jawab, terutama di Juanda,” katanya.
Selain itu, Komandan Lanudal Juanda, Kolonel (P), Supranyoto, membenarkan, dua bahan pemicu bom yang ditemukan di Juanda telah diledakkan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL.
“Peledakan dua barang berbahaya berupa jelly itu telah dilakukan Kopaska sekitar pukul 16.30 WIB,” katanya.
Ia mengemukakan, bahan pemicu bom tersebut berada di dua lokasi berbeda yakni di toilet keberangkatan maskapai penerbangan Lion Air dan di ruang tunggu penumpang Garuda Indonesia.
“Kalau di ruang tunggu penumpang Garuda, ditemukan ada tiga bungkus setelah kami melaksanakan penyisiran, baik di terminal penumpang, kokpit, dan kargo,” katanya.
Namun, tambah dia, dari tiga bungkus jelly jenis magnum itu salah satunya diduga kuat merupakan pemicu bom. Barang tersebut ditemukan pertama kali oleh sejumlah petugas keamanan Bandara Internasional Juanda.
“Begitu tahu ada bahan berbahaya tersebut, kami langsung meminta Garuda mensterilkan pesawatnya,” katanya.
Mengenai dugaan munculnya bahan pemicu bom itu, ia memprediksi, besar kemungkinan karena persaingan bisnis antarmaskapai penerbangan, mengingat besarnya permintaan pasar terutama rute penerbangan Surabaya – Jakarta.
“Sementara, ancaman bom yang ditujukan melalui faksimili yang diterima `General Manager` Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda kepada pesawat Garuda kelihatannya dipicu banyaknya penumpang yang memilih menggunakan layanan armada itu,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar