Bila sedang jalan-jalan ke Singapura, seringkali kita membutuhkan tempat makan yang murah-meriah. Tergantung di mana Anda sedang “berkeliaran”, biasanya selalu ada food court atau hawker center yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Bila sedang berada di sekitar Telok Ayer, pilihannya adalah Lau Pa Sat.
Lau Pa Sat adalah salah satu contoh sukses Pemerintah Singapura melakukan pelestarian bangunan pusaka. Dulunya, Lau Pa Sat adalah Pasar Telok Ayer yang punya sejarah panjang. Pasar ini mulai berkembang di masa Raffles, kemudian menjadi pasar ikan penting. Di masa selanjutnya, daerah sekitar Telok Ayer berkembang menjadi financial center Singapura. Bangunan-bangunan megah dan anggun di sekitarnya adalah bank-bank besar bereputasi dunia.
Bangunan pasar ini berstruktur besi cor yang didatangkan dari Glasgow, Inggris. Arsitektur bergaya Victorian yang unik ini selamat dari pengeboman Jepang ketika menduduki Singapura pada tahun 1942. Bangunan ini pernah retak karena penggalian stasiun bawah tanah MRT, dan karena itu dirobohkan untuk kemudian disusun kembali menjadi bangunan yang sekarang dibanggakan. Ini adalah salah satu dari sedikit bangunan berstruktur besi dari gagrak arsitektur Victorian yang masih utuh di dunia.
Salah satu sajian yang menjadi signature Lau Pa Sat adalah sate. Tetapi, ini pula yang sebetulnya membuat banyak orang enggan datang ke tempat ini karena terlalu berasap saking banyaknya penjual sate. Para penjual sate ini muncul di malam hari ketika Boon Taat Street yang persis di belakang Lau Pa Sat ditutup untuk kendaraan bermotor. Di jalan ini, setidaknya ada sepuluh penjual sate di pasar ini: sate ayam, sate udang, sate seafood, sayap ayam, dan lain-lain. Kalau Anda penggemar sate, jangan lewatkan gerai Fatman Satay.
Sate yang kebanyakan dijual di sini adalah sate gagrak Malaysia â sekalipun pemilik gerai kebanyakan orang Tionghoa â yaitu sate dengan bumbu kacang bernuansa manis, dan disajikan dengan irisan bawang merah besar-besar. Jangan pesan nasi bila memesan sate. Orang Malaysia (termasuk dalam hal ini Singapura), sangat taat asas. Sate hanya dimakan dengan ketupat â bukan nasi. Dengan sendirinya ini juga merupakan pilihan tepat bagi mereka yang sedang mencari sajian halal di Singapura.
Di dalam pasar festival Lau Pa Sat ada banyak pilihan hidangan lain. Di sini juga ada gerai yang menyajikan masakan Indonesia, seperti: ayam/ikan penyet, asinan bogor, dan pisang bakar â dengan harga antara S$2,50-6,50 (sekitar Rp 15-40 ribu). Selain itu, juga ada beberapa gerai yang menawarkan masakan India (termasuk vegetarian), Jepang, Korea, Thai, dan Vietnam.
Untuk makanan ringan, di sini ada dim sum, yong tau fu (semacam bakwan campur) dan popiah (semacam lumpia basah dengan berbagai isi yang dapat dipilih sendiri). Favorit saya adalah misua atau mihun kuah dengan ikan goreng. Ada juga yang sering saya pesan, yaitu claypot rice alias nasi liwet. Perlu waktu sekitar 20 menit untuk menunggu nasinya matang.
Bila Anda penggemar seafood, gerai yang saya rekomendasikan adalah Yong Kee Barbeque Seafood. Di sini ada ikan pari bakar dengan sambal blacan yang istimewa, oyster omelette favorit saya, su su (siput sedut, kol nenek), atau kepala ikan kukus dengan bumbu tausi (tauco dari kedelai hitam).
Lau Pa Sat adalah salah satu alamat tepat di Singapura bagi para foodies alias pemburu kuliner.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar